Menyalakan Obor Kebangsaan di Tengah Riuhnya Zaman: Sekda Minahasa Teguhkan Integritas Masyarakat Minahasa


TopikSuluh.com

Minahasa — Di tengah derasnya arus globalisasi dan pusaran disrupsi digital yang kian tak terbendung, Pemerintah Kabupaten Minahasa tak tinggal diam. Rabu (30/07/2025).

Seperti nahkoda yang setia pada kompasnya, Sekretaris Daerah Minahasa, Dr. Lynda D. Watania, MM, M.Si, tampil di hadapan masyarakat Langowan Barat untuk membangkitkan kembali denyut nadi kebangsaan dan menguatkan simpul-simpul persatuan yang mulai merenggang oleh zaman.

Bertempat di Balai Desa Tumaratas Dua, dalam forum bertajuk Wawasan Kebangsaan dan Integritas Masyarakat, Sekda Watania memaparkan sebuah pesan luhur yang melampaui sekadar seruan administratif: ini adalah panggilan jiwa untuk menjaga rumah besar bernama Indonesia.

Turut hadir dalam kesempatan itu para pemangku kepentingan lokal—Staf Ahli Bupati, Camat, Kepala Dinas PMD, para Hukum Tua, dan seluruh perangkat desa—menjadi saksi atas lahirnya kembali semangat kolektif yang nyaris pudar ditelan riuhnya zaman.

Dalam nada yang tegas namun sarat empati, Sekda menggarisbawahi bahwa tantangan kebangsaan tak lagi kasat mata. Ia hadir dalam bentuk algoritma yang menggiring opini, dalam percakapan yang menggugat jati diri, bahkan dalam keheningan yang membiarkan nilai-nilai luhur bangsa merapuh.

“Kemajuan teknologi adalah berkah, tapi bisa menjadi badai jika tidak kita kemudikan dengan kebijaksanaan dan nilai kebangsaan. Kita perlu membentengi diri dengan wawasan kebangsaan yang tak goyah oleh waktu,” tutur Watania, seraya menatap hadirin dengan keyakinan penuh.

Ia mengajak masyarakat untuk tidak sekadar menjadi penonton dari kisah bangsa, tetapi menjadi penulis aktif dalam babak baru Indonesia yang toleran, damai, dan beradab.

Bahwa Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika bukan sekadar slogan di dinding balai desa, melainkan jiwa yang hidup dalam tiap tindakan, dalam cara menyapa sesama, dalam cara menghadapi perbedaan.

“Integritas bukan hanya tentang tidak mencuri atau tidak berbohong. Ia adalah tentang kesetiaan pada nilai, keberanian dalam kebenaran, dan konsistensi dalam membela persatuan,” tegasnya.

Dalam suasana yang tak hanya formal tetapi juga sarat makna emosional, sesi dialog interaktif yang menyusul setelah pemaparan materi menjadi ruang curah pendapat, tempat di mana suara masyarakat dan pemerintah bertaut dalam satu benang merah: harapan untuk masa depan yang lebih kokoh secara ideologis dan harmonis dalam keberagaman.

Forum ini tidak hanya berakhir sebagai agenda birokrasi, melainkan menjadi titik api kecil yang menyalakan kembali obor kebangsaan di tengah dinginnya pragmatisme zaman.

Dari Tumaratas Dua, suara kebangsaan itu menggema: bahwa Indonesia masih punya penjaga, bukan hanya di panggung kekuasaan, tetapi di sudut-sudut desa yang memilih untuk tetap mencintai tanah air ini dalam diam, dalam kerja, dan dalam doa.

/Argo


Exit mobile version